Pertarungan Sepuluh Akhir Ramadhan

Pertarungan Sepuluh Akhir Ramadhan

Dua puluh malam sudah kita lewati untuk Ramadhan tahun ini. Malam-malam yang sudah terlewat itu menyisakan beragam rasa, mungkin sebagian dari kita ada yang menyesal sebab belum memaksimalkannya, atau bahkan ada yang biasa-biasa saja. 

Dua puluh malam yang telah berlalu tersebut tidak mungkin bisa terulang, namun masih bisa dimaksimalkan pada sisa malam berikutnya.

Sabar, Tanda Kuat Iman

Menghadapi musibah, masalah, ketakutan, kekurangan, tekanan dan cobaan dengan sikap sabar lazim dilakukan semua orang. 

Mereka yang kuat bersabar dalam semua keadaan tersebut sambil terus berikhtiar mencari solusi, perbaikan dan konsisten mendekati Allah SWT akan mendapatkan berkah dan rahmat-Nya. (QS. Al Baqarah: 155-157). Hal itu karena sabar merupakan modal yang senantiasa harus diperkuat secara terus menerus oleh orang yang beriman di sepanjang jalan kehidupan.   

Sabar juga berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Mereka yang konsisten sabar dalam beribadah dan menjauhi larangan-Nya, akan mendapatkan ketentraman hati, tambahan petunjuk dan keyakinan serta kegembiraan atas janji Allah SWT. (QS. Fushilat: 30-32). 

Hal tersebut karena sabar dalam ketaatan dan menjauhi larangan tidak lepas dari banyaknya tantangan, baik yang berasal dari nafsunya sendiri, orang lain maupun bisikan busuk setan.

Sabar, Tanda Kuat Iman

Tradisi Iktikaf Akhir Ramadhan

Sesungguhnya iktikaf bukan merupakan ibadah khusus di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Iktikaf (berdiam diri di Masjid dengan menyibukkan beribadah kepada Allah SWT) dapat dilakukan setiap waktu dan kesempatan baik oleh seorang Muslim maupun Muslimah termasuk anak-anak yang telah mencapai umur baligh (dewasa).

iktikaf hukumnya sunah muakkadah dan wajib dilakukan di masjid, bukan di tempat lain seperti rumah atau semacamnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT, "Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan sujud." (QS. Al-Baqarah: 125).

Tradisi Iktikaf Akhir Ramadhan 

Adapun banyaknya orang yang melakukan iktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan didasarkan pada sunah Rasulullah SAW yang senantiasa meningkatkan kualitas maupun kuantitas ibadahnya pada sepuluh hari terakhir tersebut. 

Refleksi Pengujung Ramadhan


Ramadhan selalu menyisakan kerinduan dan kesedihan bagi setiap hamba yang bahagia terhadap hadirnya. Rindu akan datangnya dan sedih akan kepergiannya. Kerinduan itu pun terefleksi karena hamba-hambaNya yang senantiasa berbahagia akan datangnya, Allah akan mengharamkan jasadnya dari api neraka.
Kerinduan itu pun juga terefleksi atas berkah-Nya yang diluapkan sepanjang ramadhan ini; rahmat-Nya yang berlimpah seluas-luasnya, serta rezeki yang dikucurkan untuk para pengusaha takjil tahunan yang hanya tumpah ruah di bulan penuh berkah tepat menjelang berbuka puasa. 
Refleksi Pengujung Ramadhan 

Menyegerakan Zakat Fitrah

Syariat Islam memperkenalkan dua bentuk sedekah. Pertama, sedekah wajib meliputi zakat harta, zakat fitrah, dan kafaraat (kafaraat pembunuhan, zihar, berbuka puasa dengan sengaja di siang Ramadhan dan sumpah). 

Sedekah wajib ini telah ditentukan ukuran dan waktunya serta disebutkan dengan jelas di dalam Alquran dan As-sunnah.

Kedua, sedekah sunah meliputi infak dan sedekah serta semua bentuk sedekah di luar kategori sedekah wajib. Sedekah kategori sunah ini tidak ditentukan ukuran dan waktunya serta dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Catatannya, jika sedekah sunah tersebut dilakukan di bulan Ramadhan, maka pelakunya akan mendapat pahala berlipat ganda karena kemuliaan bulan Ramadhan. 

Menyegerakan Zakat Fitrah 

Allah SWT mewajibkan zakat fitrah pada dua hari sebelum Idul Fitri tahun kedua Hijriyah kepada kaum Muslimin baik anak-anak maupun dewasa dan diberikan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri. 

Dari Abdullah bin Umar RA, bahwa "Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah berupa satu sak kurma atau gandum kepada kaum Muslimin: hamba sahaya maupun orang merdeka; laki-laki maupun perempuan; kecil maupun besar, dan pelaksanaannya dilakukan sebelum orang-orang keluar shalat Idul Fitri." (HR. Bukhari-Muslim).

Mahkota Kejujuran

Kejujuran ( shiddiq) adalah salah satu dari sifat agung Rasulullah Muhammad SAW. Kejujuran adalah mahkota kepribadian orang-orang mulia yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat dari-Nya. Kedudukannya disejajarkan dengan para nabi (al-anbiya) dan dijadikan rujukan untuk menjadi teman dalam meningkatkan kualitas hidup.

“Dan barang siapa taat kepada Allah dan rasul-Nya, maka mereka bersama-sama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shadiqin, syuhada, dan orang-orang saleh, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa [4]: 69). 


Mahkota Kejujuran 

Kejujuran adalah komponen batin yang memantulkan berbagai sikap terpuji yang akan menempatkan orang tersebut pada tempat kemuliaan (maqomam mahmuda). Mereka berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan. Hatinya terbuka dan selalu bertindak lurus dan karenanya mereka memiliki keberanian moral yang sangat kuat.

Idul Fitri, Penghargaan Allah bagi Kaum Muslimin

Idul Fitri, Penghargaan Allah bagi Kaum Muslimin

dul Fitri merupakan bentuk penghargaan (award) Allah kepada kaum Muslimin. Penghargaan tersebut diberikan setelah sebulan penuh kaum Muslimin berada dalam ketaatan, kesulitan dan kekonsistenan menjalankan ibadah puasa. 

Ramadhan dan Kemerdekaan


Peringatan proklamasi kemerdekaan RI tahun ini bertepatan dengan saat umat Islam menjalankan ibadah shiyam Ramadhan 1433 H. Bukan merupakan kebetulan karena memang itulah kehendak Allah SWT atas perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaannya. 
Sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh karena itu segala bentuk penjajahan dan penindasan harus dihapuskan dari muka bumi. Demikianlah pembukaan UUD 1945 yang menegaskan komitmen bangsa Indonesia tentang makna kemerdekaan bagi setiap insan. 
Sesungguhnya Islam hadir membawa misi pembebasan bagi manusia dari segala bentuk penjajahan dan penindasan. Islam hadir untuk memperbaiki akhlak umat manusia dan selanjutnya hanya menghamba kepada Allah SWT. Termasuk dalam hal ini mem bebaskan manusia dari kungkungan hawa nafsu yang mendorong manusia bersikap destruktif. 
Ramadhan dan Kemerdekaan

Konsistensi Ibadah di Luar Ramadhan

Berbahagialah orang-orang yang telah menunaikan puasa Ramadhan dan memelihara hawa nafsunya dari peringai kehinaan dan keinginan buruk setan. Berbahagialah orang-orang yang memasukkan kebahagiaan kepada anak yatim dan fakir-miskin di bulan Ramadhan. 

Berbahagialah orang-orang yang memulai pengalaman baru dengan intensif beribadah di bulan suci. Berbahagialah orang-orang yang diringankan Allah SWT dalam berbuat kebaikan. Berbahagialah orang-orang yang memperbanyak doa dan pengharapan kepada Allah SWT di bulan termulia. 

Konsistensi Ibadah di Luar Ramadhan 

Dua Esensi Kemerdekaan

Puluhan tahun sudah negeri ini bebas dari kuasa penjajah. Kebebasan yang sepatutnya dilihat dari berbagai segi karena pembebasan itu memerlukan waktu yang teramat panjang, tenaga yang tak kepalang tanggung, juga keberanian yang terpancar tiada batas. 

Ranah tercinta ini telah dibela mati-matian oleh para pahlawan yang berani mengobarkan semangat juang, berperang mengusir penjajah demi mempertahankan nyawa Indonesia. 

Pengorbanan yang sungguh tak bisa dibayar oleh apa pun demi mandirinya bumi tercinta. Tentu saja, kemerdekaan yang saat ini telah kita raih, perlu dimaknai oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia.


Dua Esensi Kemerdekaan 

Ramadhan Bulan Kemerdekaan

Dalam sejarah Islam, tercatat banyak peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadhan. Di antaranya, turunnya wahyu yang pertama kepada Rasulullah SAW dan peperangan besar antara umat Islam dan pasukan Quraisy di dekat sumur Badar. 

Saat itu, Rasulullah SAW bersama 83 sahabat Muhajirin, 61 sahabat dari suku Aus, serta sebanyak 170 sahabat dari suku Khazraj, berjuang menghadapi sekitar 1.000 prajurit Quraisy.

Ramadhan Bulan Kemerdekaan 

Bahaya Memutus Tali Persaudaraan

Banyak orang memutus tapi persaudaraan dengan alasan masalah rumah tangga, berebut warisan, pertengkaran dan percekcokan. Akan tetapi kenyataan yang sebenarnya pemutusan tali persaudaraan karena tidak adanya ilmu pengetahuan seseorang mengenai hebat dan dahsyatnya menyambung tali persaudaraan; tidak adanya pengetahuan yang mendalam mengenai hubungan keluarga; dan tidak pahamnya seseorang akan karakteristik hubungan persaudaraan dalam kaitannya dengan hubungan ketuhanan.

Andaikata setiap orang mengetahui dengan baik bahaya memutus tali persaudaraan, maka ia akan berupaya sungguh-sungguh menyambung tali persaudaraan karena beberapa hal:


Bahaya Memutus Tali Persaudaraan 

Maknai Takbir, Lahirkan Syukur, Sirnakan Takabur

Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Syawal pun hadir dan seluruh umat Islam menyambutnya dengan sukacita. Kesukacitaan itu juga menuai kesedihan yang tampak nyata, melalui tradisi salam-salaman, mohon maaf kepada sesama, hingga nuansa haru biru mewarnai jutaan umat Muslim dunia. 

Itulah jejak indah selepas Ramadhan, disadari maupun tidak, manusia berusaha membuka diri untuk saling introspeksi dan bersedia meminta juga memberi maaf.

Maknai Takbir, Lahirkan Syukur, Sirnakan Takabur

Berpenampilan Menawan

Banyak orang berpenampilan baik, menarik dan menawan pada saat keluar rumah, syuting, bertemu dengan komunitas dan lain semacamnya. Perilaku tersebut sebenarnya tidak salah asalkan didasari dengan niat baik dan tidak pamer (riya') terhadap sesama. 

Hal itu karena Allah SWT berfirman, "Wahai anak Adam pergunakanlah perhiasanmu pada setiap ke masjid dan makan serta minumlah sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Katakanlah siapa yang mengharamkan perhiasan Allah yang dikeluarkan untuk para hambanya..." (QS. Al A'raf: 31-32).


Berpenampilan Menawan 

Islam Agama Moderat

Islam adalah agama moderat dan seimbang. Kemoderatan dan keseimbangan merupakan jalan hidup (way of live) yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW selama hidupnya. 

Kemoderatan dan keseimbangan dengan demikian tumbuh dari pemahaman Islam yang murni dan hakiki sebelum Islam dipahami secara parsial sebagaimana yang terjadi dalam beberapa dasawarsa akhir-akhir ini.

Rasulullah SAW bersabda, "Jauhkanlah kalian dari sikap melampaui batas dalam beragama. Sungguh orang-orang sebelummu musnah disebabkan oleh sikap pelampauan batas dalam beragama." (HR. Hakim). 

Rasulullah SAW lantas membuat contoh perihal dimaksud dengan membentuk satu garis lurus di tengah dan dua garis lainnya di samping kiri dan kanannya. Lalu beliau meletakkan tangannya di garis tengah seraya bersabda, "Ini adalah jalan Allah." 

Rasulullah SAW meneruskan sabdanya dengan membaca ayat, "Dan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah engkau mengikuti jalan-jalan (lain) yang mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya." (QS. Al An'am: 153).

Islam Agama Moderat