Orang yang cerdas lagi kreatif dapat mengubah kerugian menjadi keuntungan. Sedang orang yang bodoh lagi nervous akan membuat suatu musibah yang menimpa diri menjadi dua musibah, ibarat pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga pula.”
Rasulullah SAW diusir dari Makkah. Ternyata di Madinah, beliau dapat mendirikan sebuah negeri yang memenuhi lembaran sejarah keberhasilan dan kecemerlangannya.
Ahmad bin Hambal dipenjara dan dihukum cambuk, setelah itu jadilah ia pemimpin ulama sunnah.
Ibnu Taimiyah dipenjara, namun setelah keluar dari tahanannya ia menjadi seorang ulama.
Al-Sarkhasi disekap di dasar sumur yang tidak dipakai lagi. Di sanalah ia dapat menulis dua puluh jilid buku dalam ilmu fiqih.
Ibnu Atsir menghabiskan masa pensiunnya menulis Kitab Jam’ul Ushul dan An-Nihayah yang keduanya merupakan kitab Hadits yang paling terkenal dan paling bermanfaat.
Ibnul Jauzi diasingkan dari Baghdad, ia pun memanfaatkan waktu itu dengan menulis tajwid tentang Qiroat Sab’ah.
Malik bin Raib terserang demam yang membawa kepada kematiannya, maka dalam masa sakitnya itu ia menggubah qasidahnya yang indah lagi terkenal di kalangan semua orang, sehingga ketenaran dan keindahannya memadai diwan-diwan para penyair kondang pada masa pemerintahan Khalifah ‘Abbasiyyah.
Demikian juga Abu Dzuaib Al-Hudzali (penyair jahiliyyah) ketika kelima anaknya meninggal dunia di Madinah. Ia terus meratapinya dengan menuangkan eposnya tersebut dalam suatu qasidah yang membuat dunia mendengarkannya penuh perhatian, banyak orang terperangah kagum akan keindahannya, dan sejarah mengacungkan jempol kepadanya.
Masih banyak lagi contoh inspiratif yang terjadi diberbagai belahan dunia ini jika kita mau mengambil ibrah. Kadangkala, Jika kita terbentur suatu musibah, kita larut dalam musibah tersebut tanpa melihat sisi cerahnya.
Ibaratnya, jika kita dapati segelas minuman lemon, bubuhkanlah padanya sesendok gula. Jika kita diserang seekor ular, ambil saja kulitnya yang berharga dan buanglah yang lainnya. Atau jika disengat oleh kalajengking, ketahuilah bahwa racunnya mengandung serum yang ampuh untuk melawan racun ular berbisa.
Demikianlah orang cerdas yang mampu mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang keras agar ia dapat mengeluarkan darinya buat kita bunga mawar dan bunga melati yang indah lagi harum.
Sebagaimana Firman Allah SWT, “Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu lebih baik bagi kalian. ”(QS Al-Baqarah: 161).
Kerajaan Prancis sebelum masa revolusinya yang dahsyat pernah menahan dua orang penyair ulung mereka, salah seorangnya bersifat optimistis, sedang yang lain bersifat pesimistis. Keduanya mengeluarkan kepalanya masing-masing dari jendela penjara.
Adapun yang bersifat optimistis, maka ia menatapkan pandangannya ke arah bintang-bintang, lalu tertawa, sedang yang pesimistis memandang ke bawah melihat tanah yang ada di jalan sebelah penjaranya, lalu menangis.
Pandanglah sisi lain dari tragedi yang menimpa diri, karena sesungguhnya keburukan yang murni itu tidak ada ujudnya. Bahkan yang ada di sana adalah kebaikan, penghasilan, kemudahan, dan pahala.
Rasulullah SAW diusir dari Makkah. Ternyata di Madinah, beliau dapat mendirikan sebuah negeri yang memenuhi lembaran sejarah keberhasilan dan kecemerlangannya.
Ahmad bin Hambal dipenjara dan dihukum cambuk, setelah itu jadilah ia pemimpin ulama sunnah.
Ibnu Taimiyah dipenjara, namun setelah keluar dari tahanannya ia menjadi seorang ulama.
Al-Sarkhasi disekap di dasar sumur yang tidak dipakai lagi. Di sanalah ia dapat menulis dua puluh jilid buku dalam ilmu fiqih.
Ibnu Atsir menghabiskan masa pensiunnya menulis Kitab Jam’ul Ushul dan An-Nihayah yang keduanya merupakan kitab Hadits yang paling terkenal dan paling bermanfaat.
Ibnul Jauzi diasingkan dari Baghdad, ia pun memanfaatkan waktu itu dengan menulis tajwid tentang Qiroat Sab’ah.
Malik bin Raib terserang demam yang membawa kepada kematiannya, maka dalam masa sakitnya itu ia menggubah qasidahnya yang indah lagi terkenal di kalangan semua orang, sehingga ketenaran dan keindahannya memadai diwan-diwan para penyair kondang pada masa pemerintahan Khalifah ‘Abbasiyyah.
Demikian juga Abu Dzuaib Al-Hudzali (penyair jahiliyyah) ketika kelima anaknya meninggal dunia di Madinah. Ia terus meratapinya dengan menuangkan eposnya tersebut dalam suatu qasidah yang membuat dunia mendengarkannya penuh perhatian, banyak orang terperangah kagum akan keindahannya, dan sejarah mengacungkan jempol kepadanya.
Masih banyak lagi contoh inspiratif yang terjadi diberbagai belahan dunia ini jika kita mau mengambil ibrah. Kadangkala, Jika kita terbentur suatu musibah, kita larut dalam musibah tersebut tanpa melihat sisi cerahnya.
Ibaratnya, jika kita dapati segelas minuman lemon, bubuhkanlah padanya sesendok gula. Jika kita diserang seekor ular, ambil saja kulitnya yang berharga dan buanglah yang lainnya. Atau jika disengat oleh kalajengking, ketahuilah bahwa racunnya mengandung serum yang ampuh untuk melawan racun ular berbisa.
Demikianlah orang cerdas yang mampu mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang keras agar ia dapat mengeluarkan darinya buat kita bunga mawar dan bunga melati yang indah lagi harum.
Sebagaimana Firman Allah SWT, “Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu lebih baik bagi kalian. ”(QS Al-Baqarah: 161).
Kerajaan Prancis sebelum masa revolusinya yang dahsyat pernah menahan dua orang penyair ulung mereka, salah seorangnya bersifat optimistis, sedang yang lain bersifat pesimistis. Keduanya mengeluarkan kepalanya masing-masing dari jendela penjara.
Adapun yang bersifat optimistis, maka ia menatapkan pandangannya ke arah bintang-bintang, lalu tertawa, sedang yang pesimistis memandang ke bawah melihat tanah yang ada di jalan sebelah penjaranya, lalu menangis.
Pandanglah sisi lain dari tragedi yang menimpa diri, karena sesungguhnya keburukan yang murni itu tidak ada ujudnya. Bahkan yang ada di sana adalah kebaikan, penghasilan, kemudahan, dan pahala.
No comments:
Post a Comment