Hadits Pertama:
عَنْ  أَبِى ذَرٍّ قَالَ: تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِوَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ  جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُنَا مِنْهُ عِلْمًا.  قَالَ: فَقَالَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ  مِنَ النَّارِ إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.
Dari  Shahabat Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan  tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di  udara melainkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan  ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal  sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka  melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian” [1]
Hadits Kedua:
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ: تَرَكَنَا رَسُولُ اللهِ وَمَا طَائِرٌ يَطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ عِنْدَنَا مِنْهُ عِلْمٌ
Dari  Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat) dan tidaklah  seekor burung pun yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan kami  memiliki ilmunya”[2]
Perkataan  Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu di atas diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad  (Musnad Imam Ahmad V/153, 162). Kemudian ada syahidnya dari perkataan  Abud Darda’Radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam  Mu’jam al-Kabir sebagaimana dikatakan Imam al-Haitsami dalam Majma’uz  Zawaa’id (VIII/264).
Hadits Ketiga:
عَنْ  أَبِى الدَّرْدَاءَ قَالَ : لَقَدْ تَرَكَنَا رَسُولُ اللهِ وَمَا فِى  السَّمَاءِ طَائِرٌ يَطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ ذَكَرَنَا مِنْهُ  عِلْمًا
Dari  Abud Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sungguh Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat) dan  tidaklah seekor burung yang terbang di langit melainkan beliau telah  menerangkan kepada kami ilmunya”[3]
Hadits Keempat:
عَنِ  الْمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِقَالَ: مَا تَرَكْتُ  شَيْئًَا مِمَّا أَمَرَكُمُ اللهُ بِهِ إِلاَّ وَقَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ،  وَلاَ تَرَكْتُ شَيْـئًا مِمَّا نَـهَاكُمُ اللهُ عَنْهُ إِلاَّ وَقَدْ  نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ.
Dari  Muththalib bin Hanthab, seorang Tabi’in terpercaya, “Sesungguhnya  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah aku  tinggalkan sesuatu pun dari perintah-perintah Allah kepada kalian,  melainkan telah aku perintahkan kepada kalian. Begitu pula tidaklah aku  tinggalkan sesuatu pun dari larangan-larangan Allah kepada kalian  melainkan telah aku larang kalian darinya.”[4]
Hadits Kelima:
عَنْ  سَلْمَانَ قَالَ: قَالَ لَنَا الْمُشْرِكُوْنَ: قَدْ عَلَّمَكُمْ  نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْئٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ! فَقَالَ: أَجَلْ!
Dari  Salman Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Orang-orang musyrik telah  bertanya kepada kami, ‘Sesungguhnya Nabi kalian sudah mengajarkan kalian  segala sesuatu sampai (diajarkan pula adab) buang air besar!’ Maka,  Salman Radhiyallahu ‘anhu menjawab, ‘Ya!’”[5]
Hadits Keenam:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ ...
Dari  Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya kedudukanku terhadap kalian  seperti kedudukan seorang ayah, aku mengajari kalian semua….’”[6]
Hadits Ketujuh:
عَنْ  حُذَيْفَةَ قَالَ: قَامَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ مَقَامًا، مَا تَرَكَ  شَيْئًا يَكُونُ فِيْ مَقَامِهِ ذَلِكَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ إِلاَّ  حَدَّثَ بِهِ، حَفِظَهُ مَنْ حَفِظَهُ وَنَسِيَهُ مَنْ نَسِيَهُ...
Dari  Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami (berkhutbah), tidaklah  beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggalkan sesuatu pun juga di  tempatnya itu (tentang peristiwa-peristiwa) yang akan terjadi sampai  hari Kiamat melainkan beliau menceritakannya kepada kami. Akan hafal  orang yang hafal dan akan lupa orang yang lupa...”[7]
Hadits Kedelapan:
قَالَ  أَبُوْ زَيْدٍ (يَعْنِيْ عَمْرَو بْنَ أَخْطَبَ): صَلَّى بِنَا رَسُوْلُ  اللهِ الْفَجْرَ وَصَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ  الظُّهْرُ فَنَزَلَ فَصَلَّى، ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى  حَضَرَتِ الْعَصْرُ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى، ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ  فَخَطَبَنَا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ، فَأَخْبَرَنَا بِمَا كَانَ وَبِمَا  هُوَ كَائِنٌ، فَأَعْلَمُنَا أَحْفَظُنَا.
Dari  Abu Zaid (yaitu ‘Amr bin Akhthab Radhiyallahu ‘anhu), “Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Shubuh berjama’ah (mengimami) kami,  lalu (setelah shalat) beliau naik ke mimbar dan berkhutbah kepada kami  sampai tiba waktu shalat Zhuhur. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  turun dari mimbar dan shalat berjama’ah (mengimami) kami. (Setelah  shalat) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam naik (lagi) ke mimbar  dan berkhutbah kepada kami sampai tiba waktu shalat ‘Ashar, maka Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbar dan shalat berjama’ah  (mengimami) kami. (Setelah shalat) kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa  sallam naik ke mimbar lagi dan berkhutbah kepada kami sampai saat  matahari terbenam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan  kami tentang apa-apa saja yang sudah terjadi dan yang akan terjadi. (Abu  Zaid) berkata, ‘Orang yang paling mengetahui adalah orang yang paling  hafal di antara kami”[8]
Hadits Kesembilan:
قَالَ  عُمَرُ  قَامَ فِيْنَا النَّبِيُّ مَقَامًا، فَأَخْبَرَنَا عَنْ بَدْءِ  الْخَلْقِ حَتَّى دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ مَنَازِلَهُمْ وَ أَهْلُ  النَّارِ مَنَازِلَهُمْ، حَفِظَ ذَلِكَ مَنْ حَفِظَهُ وَنَسِيَهُ مَنْ  نَسِيَهُ.
Umar  Radhiyallhu ‘anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaijhi wa sallam  pernah berdiri (khutbah) di hadapan kami, lalu menceritakan kepada kami  tentang awal penciptaan makhluk sampai penghuni Surga memasuki tempatnya  dan penghuni Neraka memasuki tempatnya. Telah hafal orang yang  menghafalnya dan telah lupa orang yang melupakannya”[9]
Hadits Kesepuluh:
عَنِ  الْمُغِيْرَةِ أَنَّهُ قَالَ: قَامَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ مَقَامًا،  فَأَخْبَرَنَا بِمَا يَكُونُ فِيْ أُمَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ  وَعَاهُ مَنْ وَعَاهُ وَنَسِيَهُ مَنْ نَسِيَهُ.
Dari  Mughirahzbahwa dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  berdiri di antara kami pada suatu tempat, kemudian menceritakan tentang  apa yang terjadi pada umatnya sampai hari Kiamat. Telah hafal orang yang  meng-hafalnya dan telah lupa orang yang melupakannya.”[10]
Hadits Kesebelas:
قَالَ  أَبُو مُوسَى اْلأَشْعَرِيِّ إِنَّ رَسُولَ اللهِ خَطَبَنَا فَبَيَّنَ  لَنَا سُنَّتَنَا وَعَلَّمَنَا صَلاَتَنَا... فى حديث طويل)
Abu  Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah  Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah kepada kami, menjelaskan  sunnah-sunnah kepada kami dan mengajarkan (cara) shalat kepada kami.”  (Dalam suatu hadits yang panjang).[11]
Hadits Kedua belas :
عَنْ  عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ ذَاتَ  يَوْمٍ فِى خُطْبَتِهِ: أَلاَ إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ  مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي هَذَا ...
Dari  ‘Iyadh bin Himar al-Mujasyi’iy Radhiyallahu ‘anhu , bahwasanya  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda pada suatu hari  dalam khutbahnya, ‘Ketahuilah sesungguhnya Rabb-ku telah menyuruhku  untuk mengajarkan kalian hal-hal yang kalian tidak mengetahuinya, dari  apa-apa yang Dia telah mengajarkannya kepadaku hari ini ....”[12]
Imam  Malik bin Anas [13] rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengadakan  suatu bid’ah dalam Islam yang ia pandang hal itu baik (bid’ah hasanah),  maka sungguh dia telah menuduh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa  sallam mengkhianati risalah agama ini. Karena sesungguhnya Allah Azza wa  Jalla telah berfirman: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agama-mu  untukmu...” [Al-Maa-idah:[3]. (Imam Malik rahimahullah selanjutnya  berkata), “Maka sesuatu yang pada hari itu bukanlah ajaran agama, maka  hari ini pun sesuatu itu bukanlah ajaran agama”[14]
Risalah  Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang secara sempurna  untuk seluruh umat manusia dan segenap bangsa jin, orang-orang Arab dan  non Arab, cocok untuk setiap tempat dan waktu, setiap generasi dan  kondisi. Tidak ada suatu kebaikan melainkan telah ditunjukkan oleh Islam  dan tidak ada keburukan melainkan telah diperingatkan oleh Islam. Allah  Azza wa Jalla tidak akan menerima suatu agama dari siapa pun selain  agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh  Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Saya berpesan  kepada mereka yang terjerat dalam perbuatan bid’ah, yang mungkin ia  mempunyai tujuan baik dan menghendaki kebaikan. Apabila Anda memang  menghendaki kebaikan, maka demi Allah, tidak ada jalan yang terbaik  melainkan jalan yang telah ditempuh oleh Salafush Shalih.
Wahai  saudara-saudaraku, berpegang teguhlah kepada Sunnah Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ikutilah jejak Salafush Shalih dan  laksanakanlah apa yang mereka amalkan dan perhatikanlah apakah hal itu  merugikan Anda?!!” [15]
[Disalin  dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang  Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa  Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 2]
_______
Footnote
[1].  HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607), at-Tirmidzi (no. 2676),  dari Shahabat al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan  oleh Syaikh al-Albany dalam Irwa-ul Ghaliil, no. 2455.
[2]. HR. An-Nasa-i (III/189) dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang shahih.
[3].  Riwayat al-Laalika-iy dalam Syarah Ushuul I’tiqad Ahlis Sunnah wal  Jamaa’ah (no. 126), Ibnu Baththah al-‘Ukbary dalam al-Ibaanah (no. 205).  Lihat ‘Ilmu Ushulil Bida’ (hal. 92).
[4].  Riwayat Imam asy-Syafi’i dalam kitab ar-Risalah (hal. 87-93 no. 289),  tahqiq Syaikh Ahmad Muhammad Syakir rahimahullahu, al-Baihaqi (VII/76).  Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahihah (no. 1803).
[5]. Riwayat Muslim (no. 262 (57)), Abu Dawud (no. 7), at-Tirmidzi (no. 16) dan Ibnu Majah (no. 316), dari Salman al-Farisiz.
[6]. HR. Abu Dawud (no. 8) dan lainnya.
[7].  HR. Al-Bukhari (no. 6604), Muslim (no. 2891 (23)), Abu Dawud (no. 4240)  dan al-Hakim (IV/487), lafazh ini milik Muslim dari Shahabat Hudzaifah  z.
[8]. HR. Muslim (no. 2892), al-Hakim (IV/487) dan Ahmad (V/341) dari Shahabat ‘Amr bin Akhthab Radhiyallahu ‘anhu
[9]. HR. Al-Bukhari (no. 3192) secara mu’allaq, dengan lafazh jazm (bersifat pasti).
[10].  Riwayat Ahmad (IV/254) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (XX/441  no. 1077) dan pada sanad hadits ini terdapat periwayat yang lemah, ‘Amr  bin Ibrahim bin Muhammad, akan tetapi hadits ini memiliki beberapa  penguat, yaitu hadits-hadits yang sebelumnya, sehingga derajat hadits  ini naik menjadi hasan. Lihat Majma’uz Zawaa-id (VIII/264).
[11].  HR. Muslim (no. 404 (62)), Abu Dawud (no. 972), an-Nasa-i (II/241),  Ibnu Majah (no. 901), Ahmad (IV/401, 405) dan al-Baihaqi (II/140-141),  dari Shahabat Abu Musa al-‘Asy’ari z.
[12]. HR. Muslim (no. 2865 (63)) dan Ahmad (IV/162, 266 ).
[13]. Beliau adalah gurunya Imam asy-Syafi’i, dan wafat tahun 179 H.
[14]. Al-I’tisham (I/ 64-65) tahqiq: Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly cet. I, th. 1412 H, Daar Ibni Affan
[15].  Al-Ibdaa’ fii Kamaalisy Syar’i wa Khatharil Ibtidaa’ (hal. 23) oleh  Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
No comments:
Post a Comment